Seni itu memang indah dan Alloh
SWT mencintai keindahan, islam dengan seni akan terasa indah. Islam tidak hanya
mengajarkan tentang keagamaan, islam juga kaya akan seni budaya. Hal inilah
yang direalisasikan oleh PWNU (Pengurus Wilayah Nahdotul Ulama) Jabar dengan menggelar acara dengan judul Gelar
Seni 2014 pada tanggal 21 juni 2014 yang diadakan di Lapangan PWNU Jabar
Jl.Terusan Galunggung No.09. Acara ini diadakan bertepatan dengan pelantikan
kepengurusan LESBUMI (Lembaga Seni Budaya NU). Walaupun acara keagamaan, namun
Acara ini mengangkat tentang keislaman yang dikolaborasikan dengan nilai-nilai
budaya dan seni. Tujuan diadakannya Gelar Seni ini adalah untuk mengembangkan
seni dalam pengertian yang seluas-luasnya dan memajukan Islam dengan seni dan
budaya.
Selain ceramah, konten dari acara
ini adalah diadakannya beberapa pertunjukan seni seperti pembacaan puisi,
penampilan musik karinding dan pertujukan wayang golek.
musik karinding oleh siswa SMP Ma'arif |
Penampilan musik karinding
yang ditampilkan oleh siswa SMP Ma'arif merupakan kesenian khas Jawa Barat yang
dikemas secara islami dengan mengkolaborasikan musik dengan diiringi shalawat
dan puji-pujian kepada Alloh SWT, pada umumnya puji-pujian diiringi dengan
musik rebana yang bukan alat music asli
dari Jawa Barat namun disini diiringi dengan musik karinding yang bertujuan
untuk mengangkat dan melestarikan budaya jawa barat tentunya.
pembacaan puisi oleh Bapak Iman Soleh |
Selain itu, ada juga
pembacaan puisi yang bertemakan keislaman dalam kehidupan seperti salah satunya
yang dibacakan oleh bapak Iman Soleh (Kabayan Nyintreuk) salah seorang seniman
Bandung yang membacakan puisi dengan judul “AIR”, puisi ini bertemakan
nilai-nilai kehidupan yang mana air adalah sumber kehidupan dan tertanam beribu
filosofi kebaikan hidup dalam air. didalam puisinya beliau menceritakan seorang
anak yang mencari air dengan berbagai rintangan yang dihadapinya, beliau sangat
menghayati dan sangat emosional dalam membacakan puisi tersebut yang
menyebabkan penonton ikut larut dan
mengalur bersama puisi yang beliau bacakan. Selain itu, puisi kedua yang beliau
bacakan adalah berjudul “SEMBAKO (Sembilan Ayam Berkokok)”, puisi ini bertemakan
sembilan macam karakter sifat seseorang yang diilhami dari sembilan macam ayam
dengan jenis yang berbeda. Yang mendasari terciptanya puisi ini adalah sejarah
hidup dari almarhum ayahnya yang dulunya seorang pedagang ayam di daerah Pasar
Baru yang dulunya merupakan kawasan sederhana dan sangat kental dengan
terjalinya sikap kebersamaan, namun sekarang sudah menjadi bangunan yang angkuh
dan tidak lagi bersahabat seperti dulu. Beliau bercerita tentang sembilan jenis
ayam yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda dan beliau juga
menyampaikan kritiknya bagi bangsa ini yang sebentar lagi akan diadakan pemilu
untuk pemilihan pemimpin yang baru, di ujung puisinya beliau mengatakan “lantas
ayam macam apakah kita?” penonton serentak gaduh dengan pertanyaan tersebut dan
memberikan tepuk tangan yang meriah untuk beliau. Walaupun cara beliau dalam
menyampaikan dakwahnya melalui puisi namun penonton dapat memahami maksud dari
puisi yang beliau bacakan dan hal ini yang menjadikan dakwah lebih menyenangkan
dibandingkan dengan selalu berdiri di belakang mimbar.
penampilan wayang golek oleh Kang Dede.S Sunandar Sunarya |
Penampilan terakhir yang ditunggu oleh penonton
adalah penampilan Wayang golek yang dibawakan oleh dalang Kang Dede.S Sunandar
Sunarya. Wayang golek merupakan kesenian asli Jawa Barat dengan peran utama Si
Cepot yang juga menjadi ikon Jawa barat ini bercerita tentang keislaman masa
kini dengan pembawaan karakter Si Cepot yang jenaka penonton pun enggan
beranjak dari tempat duduknya dan menyaksikan penampilan si cepot sampai larut
malam.
Dalam berdakwah tidak harus selalu berdiri di
belakang mimbar, memakai peci, baju koko dan kain sarung, namun dakwah
hendaknya sejalan dengan perkembangan zaman. Dengan adanya teknologi yang
semakin canggih maka dapat dijadikan media yang menyenangkan dalam berdakwah
dan tentunya akan lebih indah jika dakwah dengan media seni. Dakwah yang
dikemas dengan seni juga khususnya mengkolaborasikannya dengan mengangkat
budaya local menjadi nilai plus selain berdakwah menjadi menyenangkan juga
menjadi salah satu cara untuk melestarikan budaya seperti yang dilakukan di
acara Gelar Seni yang diadakan oleh PWNU (Pengurus Wilayah Nahdotul Ulama)
Jabar ini.