Jumat, 10 Januari 2014

Cerita Rinduku Untuk Mamah


Mah sekarang aku tak bisa tidur aku teringat hal yang sering kau lakukan disaat aku terbaring bersiap untuk terjaga kau selalu membuka dengan sedikit celah di gorden kamarku dan memandangiku dengan penuh rindu dan do’a dalam matamu seakan kau berucap untuk menyampaikan sebuah kisah kasih sayang ibu.
Setiap kali aku mengingatmu aku merasa sedih aku selalu merindukanmu, selalu terlintas di fikiranku dengan banyak pertanyaan yang hanya bisa ku terka sendiri jawabannya, sedang apa kau di sana? Bagaimana kabarmu di sana? Apa kau sedang tidur? Apa kau sudah makan hari ini? Apa yang kau rasakan disetiap harimu? Apa kau sedang bahagia? Apa kau merasa lelah? Istirahatlah sejenak, mah. Aku tak tahu berapa banyak kerutan di wajahmu sekarang? aku tak tahu apa kau selalu meluangkan waktu untuk merawat ragamu hanya untuk sekedar membahagiakan jiwamu sendiri? Aku rasa tidak, kau tidak melalukan semua pertanyaanku itu. Kau begitu lama meninggalkanku bahkan aku tak tahu bagaimana wajahmu sekarang dan hatiku selalu tersayat ketika orang lain menanyakan tentang kepulanganmu ‘dan aku tak tahu’. Sampai kapan kau akan bertahan di sana? Seberapa banyak uang yang akan kau kumpulkan? Untuk apa uang itu akan kau gunakan sampai kau begitu berani tinggalkan kebahagiaanmu disini? Jawabannya untuk aku, anakmu. Mah, begitu mengkhawatirkankah keluarga kita? Aku mengerti yang kita persoalkan di sini adalah uang, sebuah realita hidup yang tak bisa kita lupakan dan membiarkan dunia menari bersama kita tanpa kita butuhkan adanya dia.
Suatu hari aku ditanya oleh dosenku apakah aku menyesal ketika aku membuat kau bersedih? Aku tidak memberi jawaban tapi aku hanya menggelengkan kepalaku, aku tak tahu jawaban apa yang harus aku katakan tapi dosen itu mengasumsikan bahwa jawabanku tidak menyesal dan aku hanya bisa tersenyum. Sebenarnya aku tak tahu jawaban itu sampai sekarang karena sepertinya aku sudah kebal dengan suatu penyesalan karena di sisi lain aku juga merasa kecewa terhadapmu karena begitu lama kau telah meninggalkan aku dan bapa. bahkan aku tak pernah tak tahu bagaimana memaknai hari ibu sementara engkau tiada pernah di sisiku, ingin rasanya aku dapat menatap wajahmu sembari ku katakan "selamat hari ibu..." dengan riang bahagia kemudian memelukmu penuh cinta, tapi hal itu tidak pernah terjadi sampai umurku kian dewasa. Mah, apa kau tahu sekarang bapa sedang apa? Sudah makan atau belum? Apa yang dia masak? Apa makanannya enak atau enggak?  Apa dia sudah istirahat? Atau apakah ia kesepian di dalam usia senjanya? Berapa banyak kerutan di wajahnya? Aku yakin kau tak tahu tapi aku yakin kau bisa merasakannya.
Mah, apa kau tahu wajahku sekarang? Wajahku sekarang beda mataku tak lagi berbinar tapi dihiasi dengan urat mata yang memerah, pipiku tak lagi menggemaskan tapi sekarang penuh dengan noda dan jerawat, suaraku tak lagi cempreng manja tapi sekarang sudah serak dan berat, aku juga sudah punya kerutan dan mungkin juga aku sudah beruban tapi tak aku sadari. Mah apa kau tahu perilakuku sekarang? Aku tak lagi memakai jilbab yang seperti dulu kau ajarkan, aku juga tak sefeminin dulu ketika kau masih ada dan aku juga tak sealim yang dulu ketika kau masih di sini menjagaku, tapi sekarang aku tomboy, sekarang aku cuek dan berantakan tanpa arahan kasih sayangmu. Aku jadi ingat ketika aku menjemputmu di air port waktu itu aku menerobos masuk ruangan untuk menjemputmu mencoba menghampirimu dan membantu untuk membawakan kopermu dan kau tidak mengenali wajahku saat itu, sebegitu berbedakah aku sekarang sampai kau tak mengenali wajah anakmu waktu itu? Sepertinya memang aku bukan diriku yang kau kenal dulu. 
Mah, apa kau memikirkan tentang teman curhatku? Aku tak punya teman untuk curhat, sebenarnya aku harap seorang ibu yang selalu menjadi sahabat yang selalu setia mendengarkan curhat sang anak tapi semua itu tak pernah aku rasakan seumur hidupku. Mah aku selalu merasa cemburu dan syirik ketika temanku bercerita dan curhat pada ibunya dengan penuh canda dan tawa, aku tak pernah merasa seperti itu. Mah apa kau tahu aku sudah punya pacar atau belum? Aku belum punya pacar mah, aku tak tahu cara berpacaran kaya gimana karena aku tak pernah mendengarkan kau menceritakan cerita cintamu semasa remaja padaku. Mah apa kau tahu apa yang selama ini aku rasakan selama aku tinggal sendiri dengan membawa gelar sebagai anak kost? Sebenarnya aku selalu merasa takut mah, hidup sendiri di sini jauh darimu dan dari bapak, banyak kekhawatiran yang selalu aku rasakan di setiap hariku, ya aku takut mengecewakanmu dengan kelakuanku di sini. 
Apa kau ingat hari dimana aku dilahirkan? Aku tak tahu soal jawaban itu karena aku tahu kau begitu sibuk. Mah apa kau tahu cita-citaku? Aku tak yakin kau tahu, mah aku punya cita-cita ingin memberangkatkanmu haji dan umroh, membangun rumah untukmu, membelikanmu mobil  dan aku ingin menjadi seorang PNS karena itu cita-cita bapak. Tapi apa kau tahu apa sebenaranya cita-citaku? Aku ingin menghidupi dan mensejahterakan rakyat banyak, memberikan mereka kemampuan untuk membuat karya yang bisa dijual dan menghasilkan uang, dan aku ingin membuat orang tersenyum hanya itu, sederhana kan?. Mah, aku juga sebenarnya tak tahu harus kutempatkan di mana cita-citaku tentang pernikahan atau hanya sekedar mempunyai seorang pacar, jujur mah aku tak tahu dan aku juga belum siap untuk membagi hati ini untuk hal seperti itu karena aku begitu takut, aku takut kalau aku akan menangis dan aku takut tak bisa membuat dia bahagia, namun disisi lain aku sadar bahwa aku sudah mulai dewasa dan harus belajar terbiasa dengan membuka hati untuk seorang laki-laki, tapi sayang aku tak tahu caranya bagaimana. 
Mah aku tak bisa berkonsentrasi dalam belajar, setiap hari aku merasa khawatir terhadapmu, bapak dan tentunya diriku sendiri. Aku merasa terlalu banyak beban hidup yang harus aku selesaikan mulai dari cita-citaku yang tentunya ingin aku gapai dan cita-citamu terhadapku yang harus aku raih, aku selalu merasa cemas dengan keadaanmu dan juga keadaan bapak yang menempati rumah yang kian rapuh di makan rayap, rumah itu sudah terlalu tua dan seperti tak layak huni karena tidak ada sentuhan seorang wanita di sana seperti mamah. Keadaan rumah sekarang berbeda dengan kondisi ketika kau tinggalkan tak ada lagi bunga yang bermekaran di pinggir rumah, tak lagi tertata dan tak lagi indah dan bersih. Mah, apa kau tahu keadaan rumah itu sekarang? Apa terfikir oleh mu ketika hujan apa yang akan terjadi? Kalau kau mempunyai pertanyaan itu aku tahu apa yang akan kau jawab rumah itu sekarang sudah usang rapuh dimakan rayap dan ketika hujan akan bocor maka bapa yang berjuang untuk naik ke atas atap demi membetulkan genteng yang rusak sambil hujan-hujanan dengan tulang dan ototnya yang tak lagi kekar dan rapuh serta mata yang tak lagi jelas dalam gelap dia tak mengeluh, aku salut dan bangga mempunya seorang ayah yang kuat seperti dia yang pantang menyerah. Tujuan mamah meninggalkanku demi untuk membangun rumah kan? Tapi kapan akan kau bangun? Kau terlalu takut untuk bertindak, kau takut kalo kuliah aku bangkar jika uangnya dipakai untuk membuat rumah, serumit itukah? Setakut itukah? Apa kau tak percaya pada Alloh? Aku tahu ini sulit tapi aku tak bisa berbuat banyak, yang kulakukan hanya mencoba membuat diriku sendiri sadar akan keadaan yang seperti ini adanya. Tapi tenang mah aku selalu mencoba melapangkan hatiku untuk menjalani semuanya. Ku mencoba untuk memahami, bahwa semua yang kau lakukan adalah suatu bentuk kasih sayang ibu terhadap keluarganya terlebih bagi masa depanku. aku tahu bahwa kasih ibu sepanjang masa dan aku percaya do'amu selalu mengalir deras untuk keluargamu terlebih untukku, tiada kata yang pantas aku ucap jika hanya kata "terimakasih ibu" karena perjuanganmu melebihi perjuangan yang engkau lakukan selama ini tidak hanya untukku...
Untukku mamah adalah segalanya, mamah adalah duniaku, aku tak setuju menyebutmu sebagai seorang Tenaga Kerja Indonesia tapi kusebut dirimu seorang Pahlawan Devisa Indonesia.
Mah, sudahlah pulanglah kau temani bapak dirumah, jadilah istri yang baik bagi suamimu. Janganlah kau terlalu banyak berjuang demi aku karena aku tidak mau terlalu banyak tanggungan dan hutang pembalas budian yang telah kau korbankan untuku selama ini. Lebih dari do’a dan usahaku untuk membahagiakanmu bukti berjuta cintaku untukmu. Aku sayang mamah...

Semoga Alloh selalu menjagamu disetiap hela nafasmu. Amiiin.
by : Erlin Herlianti @ tulisan ini dibagikan dengan www.perempuan.com